Bali tidak hanya terkenal dengan pemandangan alam yang eksotis, kuliner yang lezat, masyarakatnya yang berbudaya luhur tetapi juga dengan ziarah Sab'atul Auliya (Walipitu). Nampak sejarah Walipitu yang berkaitan dengan peran penyebaran Islam di Pulau Bali sampai saat ini belum diteliti secara mendalam. Istilah Walipitu ini ditemukan oleh seorang Sufi pada 1992 (Muharram 1413H), KH Toyib Zaen Arifin di Waru Sidoarjo yang memperoleh informasi melalui ilham atau hatif dalam riyadhohnya.
Hatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suara yang terdengar tanpa terlihat orangnya; suara dari langit atau suara gaib. Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah Walipitu di Bali bukan berdasarkan rujukan kitab tertulis seperti istilah Walisongo di Tanah Jawa.
Banyak situs yang menjelaskan mengenai Walipitu dari mulai ulasan mengenai sosok wali yang dimakamkan, lokasi tempat , kaitan dengan sejarah penyebaran Islam di Pulau Bali tetapi mengenai perjalanan penemuan Walipitu oleh KH. Toyib Zaen Arifin sendiri belum banyak yang mengulasnya.
Situs lengkap mengenai Walipitu adalah al-jamali.blogspot.co.id . Melalui situs ini didapatkan peta penyebaran Walipitu di Bali, foto - foto lengkap dan buku berjudul "Sejarah Wujudnya Makam Wali Pitu di Bali “ yang ditulis oleh KH. Toyib Zaen Arifin.
Buku ini telah memasuki cetakan yang ke empat, berisi himpunan catatan dari hasil penelitian dan perkembangan dan pengembangan Islam di Bali oleh satu tim dari Pondok putri Al Khoiriyah secara ilmiah pada akhir tahun 1996 M, setelah kurang lebih selama enam tahun mengadakan penyelidikan dan penelusuran makam – makam tua /kuno yaitu makam para perintis/Mubaligh terdahulu yang tersebar atau berada di pelosok – pelosok daerah Bali yang jumlahnya tidak sedikit
Jean Couteau dalam artikel yang berjudul The Moslem Saints of Bali menceritakan mengenai perjalanan KH. Toyib Zaen Arifin pada awal 1991 lalu bagaimana Beliau menemukan Walipitu pada 1992 hingga 1998.
Jean Couteau merasakan bagaimana peranan Walipitu yang membuat Islam di Bali berbeda dengan Islam berdogma Salafi dan Wahabi.
Hatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suara yang terdengar tanpa terlihat orangnya; suara dari langit atau suara gaib. Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah Walipitu di Bali bukan berdasarkan rujukan kitab tertulis seperti istilah Walisongo di Tanah Jawa.
Banyak situs yang menjelaskan mengenai Walipitu dari mulai ulasan mengenai sosok wali yang dimakamkan, lokasi tempat , kaitan dengan sejarah penyebaran Islam di Pulau Bali tetapi mengenai perjalanan penemuan Walipitu oleh KH. Toyib Zaen Arifin sendiri belum banyak yang mengulasnya.
Situs lengkap mengenai Walipitu adalah al-jamali.blogspot.co.id . Melalui situs ini didapatkan peta penyebaran Walipitu di Bali, foto - foto lengkap dan buku berjudul "Sejarah Wujudnya Makam Wali Pitu di Bali “ yang ditulis oleh KH. Toyib Zaen Arifin.
Buku ini telah memasuki cetakan yang ke empat, berisi himpunan catatan dari hasil penelitian dan perkembangan dan pengembangan Islam di Bali oleh satu tim dari Pondok putri Al Khoiriyah secara ilmiah pada akhir tahun 1996 M, setelah kurang lebih selama enam tahun mengadakan penyelidikan dan penelusuran makam – makam tua /kuno yaitu makam para perintis/Mubaligh terdahulu yang tersebar atau berada di pelosok – pelosok daerah Bali yang jumlahnya tidak sedikit
Jean Couteau dalam artikel yang berjudul The Moslem Saints of Bali menceritakan mengenai perjalanan KH. Toyib Zaen Arifin pada awal 1991 lalu bagaimana Beliau menemukan Walipitu pada 1992 hingga 1998.
Jean Couteau merasakan bagaimana peranan Walipitu yang membuat Islam di Bali berbeda dengan Islam berdogma Salafi dan Wahabi.
No comments:
Post a Comment