Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor yang hanya ditandai dengan batu tanpa nisan |
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor melakukan telaah dalam merumuskan pemikirannya tetang masyarakat sekitarnya ketika berdakwah. Beliau besar dan berdakwah di masyarakat sasak, Lombok sehingga Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancormeneliti sejarah Sasak sehingga beliau memahami sejarah dan tipologi masyarakat Sasak.
Citra sejarah Sasak menurut Beliau, adalah sebuah perjalanan sejarah yang menunjukkan pentingnya kedudukan Islam dalam tata kehidupan masyarakat Sasak. Islam menjadi sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Sasak.
Masa dakwah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor adalah pada masa penjajahan dan juga masa kemerdekaan. Pada masa penjajahan beliau mengalami ketika Pulau Lombok dijajah oleh Belanda, Jepang, Maupun NICA. Bagi Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor penjajahan, bagaimanapun bentuknya, merupakan eksploitasi manusia atas manusia yang lain, yang menghalangi seseorang untuk hidup secara bebas dan merdeka.
Citra sejarah Sasak menurut Beliau, adalah sebuah perjalanan sejarah yang menunjukkan pentingnya kedudukan Islam dalam tata kehidupan masyarakat Sasak. Islam menjadi sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Sasak.
Masa dakwah Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor adalah pada masa penjajahan dan juga masa kemerdekaan. Pada masa penjajahan beliau mengalami ketika Pulau Lombok dijajah oleh Belanda, Jepang, Maupun NICA. Bagi Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor penjajahan, bagaimanapun bentuknya, merupakan eksploitasi manusia atas manusia yang lain, yang menghalangi seseorang untuk hidup secara bebas dan merdeka.
Gubah Makam Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor |
Sebagai bentuk pertentangannya terhadap penjajah, ia menempuh berbagai macam cara:
a. Mengerahkan anggota keluarga dan murid-muridnya untuk maju berperang secara fisik melawan kekuasaan kolonial di Pulau Lombok.
b. Menolak permintaan Belanda dan Jepang yang mengiginkan agar dirinya menjadi penasehat kolonial di Lombok. Pandangan pertama dan kedua ini hanya bersifat diplomatis belaka, dan tidak merupakan sikap yang sebenarnya
c. Mengajak keluarga, murid, dan jamaah Nahdlatul Wathan untuk membentengi diri dengan do’a agar terpelihara dari kebiadaban penjajah.
e. Mendirikan madrasah atau sekolah yang bertujuan membekali murid-muridnya dengan kecakapan-kecakapan ilmiah yang memungkinkannya untuk menumbuhkan daya pikir dan daya nalar, hal ini memiliki arti penting dalam konteks perlawanan terhadap penjajah.
Bagi Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor :
“Untuk dapat melakukan perjuangan dan menegakkan aqidah secara sempurna, syaratnya adalah adanya suatu kemerdekaan diri seseorang secara material dari hal-hal yang bersifat duniawi, atau setidaknya tidak menjadikan diri
untuk selalu bergantung dan mengukur suatu aktivitas secara material."
"Prespektif tentang kemerdekaan diri berangkat dari bagaimana seseorang bisa membebaskan diri dari keinginan kehidupan duniawi yang konsumtif dan hedonis, sehingga jiwanya dapat terbebas dari keinginan tersebut dan akhirnya akan bermuara pada kebersihan hati”.
Peziarah yang datang ke Makam Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor |
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor tidak hanya aktif berdakwah tetapi juga menulis kitab sebagai rujukan bagi para santri di madrsah NWDI dan NBDI. Beliau juga aktif melakukan aktivitas dibidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Kitab yang dituliskan merupakan kajian-kajian dasar dan biasanya dalam bentuk Nadzham-Nadzham.
Diantara judul-judul karya tulis yang telah yang dihasilkannya adalah sebagai berikut:
a. Dalam Bahasa Arab
- Risalah al-Tauhid dalam bentuk soal jawab
(Ilmu Tauhid)
- Sullam al-Hija syarh safinah al-Naja
(Ilmu Fiqih)
- Nahdlah al-Zainiyah
- Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan
b. Dalam Bahasa Indonesia
- Batu Ngompal
(Ilmu Tajwid)
- Anak Nuggal Taqrirat Batu Ngompal
(Ilmu Tajwid)
- Wasiat Renungan Masa I dan II
(Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga
Nahdlatul Wathan)
c. Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab,Indonesia, dan Sasak
- Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor)
- Imamuna al-Syafi’i
- Ya Fata Sasak
- Ahlan bi wafd al-zairin
- Tanawwar
- Mars NW
- Bersatulah haluan
- Nahdlatain
- Pacu Gama’
Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan secara etimologis hizib berarti doa, wirid, senjata, bagian, kelompok. Sedangkan secara terminologis hizb berarti kumpulan doa-doa atau wirid yang sistematika bacaannya teratur dan terpilih dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW serta amalan-amalan rutin para ulama dan aulia Allah yang diamalkan dengan tujuan tertentu dan sebagai sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hizb Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Banat lahir sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT untuk mempertahankan keutuhan madrasah NWDI/NBDI dari penentang sistem madrasah. Proses tersusunnya Hizib Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Banat pada awalnya berbentuk lembaran-lembaran doa yang dibagikan kepada santri sebagai amalan yang harus dibaca. Pada awal tersusunnya hizb ini bentuknya cukup panjang sehingga para santri tidak kuat dan konsisten mengamalkannya.
Proses kelahiran thariqah Hizib Nahdlatul Wathan adalah ketika Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor menunaikan ibadah haji, saat ia tengah beribadah di Masjid Nabawi, ia didatangi seseorang yang kemudian diyakini sebagai Nabi Khidir a.s., dan ia menyampaikan salam dari Nabi Ibrahim yang menyatakan:
Berdasarkan pengalaman spiritual ini, maka Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor mendirikan Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan pada tahun 1964 M.
Shalawat Nahdlatain Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor telah menulis dan mengarang berbagai macam shalawat yang dipersembahkan kepada santri dan jamaah NW khususnya serta umat Islam umumnya.
Adapun shalawat-shalawat yang telah dikarang dan ditulis:
a. Shalawat Nahdlatain
b. Shalawat Nahdlatul Wathan
c. Shalawat Miftahi babi Rahmatillah
d. Shalawat al-Mab’utsi rahmatan lil ‘alamin
e. Shalawat at-Taisir
f. Shalawat al-Mukhlisin wa al-Maqbulin
*Informasi didapatkan dari blog putraabulung berjudul Syaikh Zainuddin bin Abdul Majid (Sumbawa)
Diantara judul-judul karya tulis yang telah yang dihasilkannya adalah sebagai berikut:
a. Dalam Bahasa Arab
- Risalah al-Tauhid dalam bentuk soal jawab
(Ilmu Tauhid)
- Sullam al-Hija syarh safinah al-Naja
(Ilmu Fiqih)
- Nahdlah al-Zainiyah
- Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan
b. Dalam Bahasa Indonesia
- Batu Ngompal
(Ilmu Tajwid)
- Anak Nuggal Taqrirat Batu Ngompal
(Ilmu Tajwid)
- Wasiat Renungan Masa I dan II
(Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga
Nahdlatul Wathan)
c. Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab,Indonesia, dan Sasak
- Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor)
- Imamuna al-Syafi’i
- Ya Fata Sasak
- Ahlan bi wafd al-zairin
- Tanawwar
- Mars NW
- Bersatulah haluan
- Nahdlatain
- Pacu Gama’
Suasana Pedagang di Sekitar Makam Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor |
Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan secara etimologis hizib berarti doa, wirid, senjata, bagian, kelompok. Sedangkan secara terminologis hizb berarti kumpulan doa-doa atau wirid yang sistematika bacaannya teratur dan terpilih dari ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW serta amalan-amalan rutin para ulama dan aulia Allah yang diamalkan dengan tujuan tertentu dan sebagai sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hizb Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Banat lahir sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT untuk mempertahankan keutuhan madrasah NWDI/NBDI dari penentang sistem madrasah. Proses tersusunnya Hizib Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Banat pada awalnya berbentuk lembaran-lembaran doa yang dibagikan kepada santri sebagai amalan yang harus dibaca. Pada awal tersusunnya hizb ini bentuknya cukup panjang sehingga para santri tidak kuat dan konsisten mengamalkannya.
Proses kelahiran thariqah Hizib Nahdlatul Wathan adalah ketika Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor menunaikan ibadah haji, saat ia tengah beribadah di Masjid Nabawi, ia didatangi seseorang yang kemudian diyakini sebagai Nabi Khidir a.s., dan ia menyampaikan salam dari Nabi Ibrahim yang menyatakan:
“Bahwa Nahdlatul Wathan akan menjadi organisasi yang lengkap dan sempurna, apabila sudah memiliki thariqah”.
Berdasarkan pengalaman spiritual ini, maka Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor mendirikan Thariqah Hizb Nahdlatul Wathan pada tahun 1964 M.
Shalawat Nahdlatain Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau Tuan Guru Pancor atau Wali Pancor telah menulis dan mengarang berbagai macam shalawat yang dipersembahkan kepada santri dan jamaah NW khususnya serta umat Islam umumnya.
Adapun shalawat-shalawat yang telah dikarang dan ditulis:
a. Shalawat Nahdlatain
b. Shalawat Nahdlatul Wathan
c. Shalawat Miftahi babi Rahmatillah
d. Shalawat al-Mab’utsi rahmatan lil ‘alamin
e. Shalawat at-Taisir
f. Shalawat al-Mukhlisin wa al-Maqbulin
*Informasi didapatkan dari blog putraabulung berjudul Syaikh Zainuddin bin Abdul Majid (Sumbawa)
IZIN COVAS YA .
ReplyDelete