Gusti Ayu Made Rai, Putri Raja Pamecutan Bali yang Memeluk Agama Islam Edisi Ziarah Wali Pitu Bali Makam Raden Ayu Pamecutan (2)

Bangunan Makam Wali Pitu di Denpasar
Keramat Agung Pamecutan

Masuknya Islam di Pulau Bali salah satunya berawal dari wilayah Pamecutan. Bukti sejarah mengenai masuknya Islam dari daerah Pamecutan adalah adaya makam Raden Ayu Siti Khotijah dikeramat agung Pamecutan yang termasuk pada tujuan ziarah Islam di Bali, Wali Pitu.

Sejarah mengenai kesyahidan Raden Ayu Siti Khotijah berkaitan dengan Islamnya Beliau yang diperkenalkan oleh suaminya Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan, Madura (1718-1753). Raden Ayu Siti Khotijah adalah putri raja di Puri Pemecutan yang bergelar I Gusti Ngurah Gede Pemecutan yang namanya dahulu adalah Gusti Ayu Made Rai. 

Kecantikan sang Putri membuat ia menjadi kembang kerajaan sehingga tak sedikit para mahapatih Dan putra mahkota Raja-raja di Bali terkesima dan hendak melamarnya. Disaat semuanya nampak indah, Raden Ayu Siti Khotijah ditimpa penyakit keras dan menahun yakni sakit kuning.

Makam Waliyuallah Wanita di Bali, Raden Ayu Siti Khotijah

Ayah Raden Ayu Siti Khotijah, Raja I Gusti Ngurah Gede Pemecutan berusaha mencari Balian (dukun dalam bahasa Bali) untuk menyembuhkan penyakit kuning tersebut, namun tidak kunjung sembuh pula. Sehingga pada suatu saat Sang raja mengadakan tapa semadi (menyatukan bayu, sabda dan idep) memohon kehadapan Hyang Kuasa, di tempat suci istana yang disebut Pemerajan. 

Dari sana beliau mendapatkan pewisik bahwa Sang Raja hendaknya mengadakan Sabda Pandita Ratu atau sayembara kepada rakyat Badung dan juga seluruh Bali maupun kerajaan diluar Bali. 

Dua isi sabda sang raja adalah “barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit anak saya, kalau perempuan akan diangkat menjadi anak angkat raja. Kalau laki-laki, kalau memang jodohnya akan dinikahkan dengan putri raja”. 

Sabda Pandita Ratu dari Ayah Raden Ayu Siti Khotijah, Raja I Gusti Ngurah Gede Pemecutan kemudian menyebar ke seluruh jagat dan sampai ke daerah Jawa, yang didengar oleh seorang syeh (guru sepiritual ) dari Yogyakarta. Syeh ini mempunyai seorang murid kesayangan yang bernama Pangeran Cakraningrat IV dari Bangkalan Madura. 

Pangeran kemudian dipanggil oleh gurunya, agar mengikuti sayembara tersebut ke puri Pemecutan Bali. Maka berangkatlah Pangeran Cakraningrat IV ke Bali diiringi oleh empat puluh orang pengikutnya 

Dalam sayembara ini banyak Panggeran atau Putra Raja yang ambil bagian dalam sayembara penyembuhan penyakit Raden Ayu. Putra-putra raja tersebut ada dari tanah jawa seperti Metaum Pura, Gegelang, ada dari Tanah Raja Banten dan tidak ketinggalan Putra-putra Raja dari Tanah Bali. 

Salah Satu Tujuan Wisata Ziarah Wali Pitu di Denpasar

Pangeran Cakraningrat IV berkat perintah dari gurunyapun mengikuti sayembara tersebut. Setelah Pangeran melakukan sembah sujud kehadapan Raja Pemecutan dan mohon diijinkan ikut sayembara. Raja Pemecutan sangat senang dan gembira menerima kedatangan Pangeran Cakraningrat dan mengijinkan mengikuti sayembara. Sang Pangeran minta supaya Raden Ayu ditempatkan di sebuah balai pesamuan Agung atau tempat paruman para Pembesar Kerajaan. 

Pangeran Cakraningrat mulai melakukan pengobatan dengan merapal mantra-mantra suci, telapak tangannya memancarkan cahaya putih kemudian berbentuk bulatan cahaya yang diarahkan langsung ke tubuh Raden Ayu. Sakit tuan putri dapat disembuhkan secara total oleh Pangeran Cakraningrat. 


Sesuai dengan janji sang raja, maka Gusti Ayu Made Rai dinikahkan dengan Pangeran Cakraningrat, ikut ke Bangkalan Madura. Gusti Made Rai pun kemudian mengikuti kepercayaan Sang Pangeran yaitu Islam. Beliaupun berganti nama menjadi Raden Ayu Pemecutan alias Raden Ayu Siti Khotijah. 


Demikianlah kisah bagaimana seorang Gusti Ayu Made Rai dapat memeluk agama Islam dan berubah nama menjadi Raden Ayu Siti Khotijah. Kisah selanjutnya adalah bagaimana Raden Ayu Siti Khotijah meninggal syahid. Kemudian makamnya menjadi keramat dan ramai dikunjungi masyarakat seluruh dunia.

No comments:

Post a Comment