Kisah Awal Penamaan 
Sea Garden of Rubiah, Pulau Weh, Sabang, Aceh 

Mengunjungi Pulau Weh, Sabang tidaklah lengkap tanpa mengunjungi Pulau Rubiah. Pulau ini memiliki luas kurang lebih 26 Hektar. Karena pesona kekayaan bawah lautnya tersebut Taman Laut Rubiah atau Sea Garden of Rubiah dijuluki sebagai surganya para penyelam.


Pada masa kejayaan Kerajaan Aceh, Pulau Rubiah merupakan tempat transit bagi calon jamaah haji, dan pada masa perang dunia pulau ini merupakan benteng pertahanan yang sampai sekarang masih terlihat puing-puing benteng tersebut. Namun sekarang ini, seiring perkembangan dunia wisata, Pulau Rubiah dijadikan tujuan wisata bagi para penyelam.



Terdapat kisah mengenai pulau Rubiah ini. Konon Pulau ini dibuat oleh para dewa sebagai tempat persembunyian Rubiah dan anjingnya yang setia dari kekejaman suaminya. Para dewa juga menganugerahi tempat ini lengkap dengan taman laut menakjubkan dengan karang-karang indah serta ikan aneka warna. 

Rubiah juga dibuatkan teluk di belakang pulau dengan pasir putih lembut untuk tempat mandi dan keramas. Supaya suaminya tidak bisa ke pulau, para dewa meletakan hiu ganas dan bulu babi di sekitar pulau. Tapi hiu dan bulu babi sudah tidak ada lagi, hanya tinggal ikan-ikan cantik, karang-karang yang indah, serta pasir putihnya saja yang tertinggal.




Sebelum terusan Suez dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia dicapai melalui Selat Sunda dari arah Benua Afrika, namun setelah terusan Suez dibuka maka jalur ke Indonesia menjadi lebih pendek yaitu melalui Selat Malaka. 

Karena kealamian pelabuhan dengan perairan yang dalam dan terlindungi alam dengan baik, pemerintah Hindia Belanda pada saat itu memutuskan untuk membuka Sabang sebagai dermaga. Pulau Weh dan kota Sabang sebelum Perang Dunia II adalah pelabuhan terpenting di selat Malaka, jauh lebih penting dibandingkan Temasek (sekarang Singapura). 

Dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881.





Tapi apakah benar kisah mengenai Pulau Rubiah ini? Karena dalam artikel Acehonline byang menyatakan bahwa nama Rubiah diambil dari nama makam Ummi Sarah Rubiah (Siti Sarah Rubiah) salah satu dari 44 Aulia Sabang. Ummi Sarah Rubiah (Siti Sarah Rubiah) yang merupakan istri Tengku Ibrahim (Tengku Iboih) yakni ulama pada masa kerajaan Aceh. Makam ini berada di pulau yang berseberangan dengan Pantai Iboih-Sabang, di mana nama beliau diabadikan menjadi nama pulau tersebut. 



Pulau Weh, Sabang, Aceh : Berwisata Ziarah  dan Snorkeling di Pulau Rubiah


Salah satu keindahan alam Aceh adalah dengan berkunjung ke Sabang. Perjalanan menuju Sabang dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu :
1. Menggunakan kapal dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh
2. Menggunakan pesawat dari Bandara Kuala Namu, Medan
Mengunjungi Sabang, terdapat titik utama tempat berkunjung yaitu untuk melakukan wisata ziarah dan snorkeling yaitu Pantai Iboih dan Pulau Rubiah. Untuk dapat menuju Pantai Iboih kita harus berkendara 45 menit dari PelabuhanBalohan, Sabang. 
Selanjutnya untuk dapat menuju Pulau Rubiah terletak di sebelah timur Pulau Weh, tepatnya di dekat pantai Iboih dan atau pantai Teupin Ayeu. Jaraknya dari pantai sekitar 15 menit dengan menggunakan perahu yang kita sewa untuk berkeliling. 

Ketika sampai di Pulau Rubiah untuk dapat menuju spot snorkeling, kita harus berjalan 5 menit di tepi pantai. Tanpa harus berenang jauh kita dapat melihat kumpulan ikan berwarna - warni. Ketika berjalan menuju spot snorkeling di Pulau Rubiah, kita akan melewati satu makam yang dikeramatkan di sisi kiri yang dijadikan nama pulau yang cantik itu yaitu makam Ummi Sarah Rubiah.