Wisata Ziarah Waliyuallah Sumedang: Peristirahatan Terakhir Cut Nyak Dien

Petunjuk makam Gunung Puyuh yang terdapat di pintu masuk areal makam

Mengunjungi makam waliyuallah, Cut Nyak Dien di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat membawa kita kembali ke kenangan ketika Cut Nyak Dien diasingkan dari Aceh oleh Belanda pada tahun 1906. Makam waliyuallah yang merupakan pejuang wanita dari Aceh ini dikelilingi oleh makam keluarga Pangeran Sumedang (Pangeran Soeria Koesoenan Adinata, bupati Sumedang pertama) dan keluarga ulama besar Haji Sanusi. Hal ini serupa ketika dengan keadaan Cut Nyak Dien ketika menjejakkan kaki  ke Sumedang, diasingkan dari tanah kelahiran dan perjuangannya, Aceh setelah panglimanya, Pang Laot Ali memberi tahu markas Cut Nyak Dien, tanggal  6 November 1905.
Makam Pangeran Soeria Koesomah Adinata terletak sebelum makam Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien datang di tanah Jawa, dalam keadaan tua dan berpenyakit rabun dan encok. Karena alasan kesehatan itulah Pang Laot Ali, Panglima yang berperang bersama Cut Nyak Dien 25 tahun di hutan jatuh iba terhadap Cut Nyak Dien dan kemudian melaporkan markas mereka kepada Belanda. Dengan syarat Cut Nyak Dien tidak dipindahkan dari tanah Aceh dan tidak dibunuh. Tetapi Belanda ingkar dan mengasingkan Cut Nyak Dien di Sumedang. Cut Nyak Dien menghabiskan sisa hidupnya di daerah yang tidak beliau mengerti tempat, bahasa dan adat istiadatnya tetapi berkat kewalian beliau, perjuangan Cut Nyak Dien tidak berhenti walau ia telah diasingkan.

Juru Kunci makam Pangeran Soeria Koesomah Adinata
Ketika Cut Nyak Dien sampai di Sumedang bersama dua orang pengawalnya, Anak dari Pangeran Soeria Koesoemah Adinata yaitu Pangeran Aria Soeriaatmadja  selaku Bupati Sumedang diperintahkan untuk menempatkan Cut Nyak Dien dipenjara. Tetapi Pangeran Pangeran Aria Soeriaatmadja  dari tahun 1882-1919 yang menurut Bapak Dadan, penjaga makam Cut Nyak Dien memiliki nama lain Pangeran Mekah karena beliau meninggal dan dimakamkan di Mekah, tidak serta merta menuruti perintah Belanda.

Alih - Alih menempatkan waliyuallah, Cut Nyak Dien di penjara, Pangeran Aria Soeriaatmadja (Pangeran Mekah) yang menjadi Bupati Sumedang dari tahun 1882-1919 menempatkan Cut Nyak Dien di rumah tokoh agama Sumedang pada saat itu yaitu, H. Ilyas. Rumah yang menjadi tempat tinggal Cut Nyak Dien di Sumedang berada di belakang Mesjid Agung Sumedang, yaitu di Jalan Rd. Suyud No. 17 Sumedang. Hingga saat ini, rumah tersebut  masih berdiri kokoh dan bentuknya tetap seperti aslinya.
Makam pendamping Cut Nyak Dien, Ibu Khadijah

Selama di Sumedang, Cut Nyak Dien tetap berjuang. Cut Nyak Dien tidak berjuang dengan menggunakan rencong dan bergerilya menyerang Kaphe Ullanda (Kafir Belanda begitulah Cut Nyak Dien memanggil penjajah Belanda) tetapi dengan pengetahuan di bidang agama. Masyarakat datang ke rumah persinggahannya untuk belajar mengaji dan belajar ilmu agama Islam lainnya karena Cut Nyak Dien hafal al Quran. Cut Nyak Dien tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Sunda tetapi hanya bahasa Aceh dan bahasa Arab. Oleh sebab itu, Ibu Khadijah selalu mendampingi Cut Nyak Dien sebagai penerjemah. Bahkan hingga kini, kelluarga Ibu Khadijah masih mendampingi Cut Nyak Dien. Bapak Dadan, Juru Kunci makam Cut Nyak Dien merupakan cucu dari Ibu Khadijah.
Oleh karena jasa Cut Nyak Dien, kewalian dan wibawa beliau, Cut Nyak Dien dipanggil Ibu Suci atau Ibu Perbu hingga beliau meninggal pada  8 November 1908. Hingga tahun 1960 tidak ada yang mengetahui bahwa Cut Nyak Dien dimakamkan di daerah mana di Sumedang. Tahun 1959 Gubernur Aceh, Ali Hasan yang meupakan seorang sejarawan menemukan makam "Ibu Perbu". Tahun 1960 terjawab teka teki siapakah Ibu Perbu. Informasi mengenai Ibu Perbu terjawab dengan surat resmi pemerintah Belanda, ditulis oleh Kolonial Verslag, bahwa "Ibu Perbu", pemimpin pemberontakan provinsi Aceh telah dibuang di Sumedang, Jawa Barat.

H. Sanusi adalah orang yang berjasa dalam merawat Cut Nyak Dien di Sumedang


Menurut sejarah, hanya terdapat satu tahanan politik wanita Aceh yang dikirim ke Sumedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ibu Perbu adalah Cut Nyak Dhien. Wali Allah inipun diangkat sebagai pahlawan Nasional tidak hanya sebagai pahlawan Aceh saja oleh Presiden Sukarno melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.
Cut Nyak Dien atau Ibu Perbu atau Ibu Suci merupakan sosok wali Allah yang dicintai oleh masyarakat Sumedang. Hal ini terlihat dari makamnya yang terletak di tengah tengah masyarakat Sumedang yaitu di makamkan di makam keluarga H. Sanusi. Beliau adalah ulama besar Sumedang yang pernah diasingkan di Ambon. Oleh sebab itu Hj. Bati yaitu istri H. Sanusi adalah wanita yang berasal dari Ambon, Maluku. Keluarga H. Sanusi adalah pemilik tanah kompleks makam Cut Nyak Dien.
Hj. Bati istri H. Sanusi wafat tahun 1913

2 comments:

  1. Katanya Cut Nyak Dien diasingkan dari Aceh oleh Belanda pada tahun 1906, dan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata selaku Bupati Sumedang diperintahkan untuk menempatkan Cut Nyak Dien dipenjara. Tapi kok ada tulisan bahwa Pangeran Aria Soeriaatmadja (Pangeran Mekah) yang menjadi Bupati Sumedang dari tahun 1882-1919..? Jadi siapa sebenarnya yg jadi bupati Sumedang saat Tjoet Nyak sampai di disana..?
    Trus yg merawat itu namanya H Sanusi atau H Ilyas..?
    Kok buat ceritanya simpang siur sih..?

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas koreksinya Kang Ben Marty

    1. Telah terjadi kesalahan penulisan nama sosok yang memindahkan Cut Nyak Dien dari penjara ke rumah H. Ilyas

    2. Pangeran Soeriaatmadja selaku Bupati Sumedang diperintahkan untuk menempatkan Cut Nyak Dien dipenjara tetapi kemudian memindahkan Beliau. Pangeran Pangeran Aria Soeriaatmadja adalah Bupati Sumedang pada tahun 1882-1919

    3. H. Ilyas adalah seorang tokoh agama yang rumahnya ditempati Cut Nyak Dien selama beliau diasingkan letaknya berada di belakang Masjid Besar Sumedang

    4. K.H Sanusi hanya satu tahun merawat Cut Nyak Dien karena beliau meninggal tahun 1907. Perawatan Cut Nyak Dien pun dilanjutkan oleh anak K.H Sanusi bernama H. Husna, sampai Cut Nyak Dien wafat pada tanggal 6 Novemper 1908 dan dimakamkan di lokasi Makam Keluara H. Husna di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan, Jawa Barat.

    Update terakhir adalah tulisan Bertamu ke Rumah Pengasingan Cut Nyak Dien di republika.co.id

    ReplyDelete