Apakah Makam Para Waliyuallah itu Makam Tua, Makam Kuno, Makam Keramat?

Komplek Makam Wali Allah di Komplek Makam Syech Jafar Siddiq, 
Cibiuk, Garut

Berziarah ke makam seorang waliyuallah merupakan tindakan atau ritual yang tidak populer di kalangan orang perkotaan saat ini. Banyak dari orang perkotaan atau urban people menganggap ritual berziarah ke makam waliyuallah adalah mistik dan tindakan manusia yang percaya pada tahayul. 

Banyak orang beranggapan bahwa makam waliyuallah tidak berbeda dengan makam tua, makam kuno dan makam keramat. Tidaklah salah dengan anggapan makam waliyuallah adalah makam tua dan makam kuno apabila dilihat dari sisi usia makam, banyak makam wali Allah yang telah berusia ratusan tahun. Hanya saja mari kita lihat ulasan mengenai istilah makam tua, makam kuno, makam keramat pada makam para waliyuallah.

Disebut sebagai makam kuno atau makam tua karena makam wali Allah banyak yang telah ada sejak beberapa abad silam. Karena mereka adalah penyebar agama Islam di Nusantara ini. Lihat pada makam Syech Jumadil Kubro pada situs makam Tralaya yang makam – makam di komplek Tralaya tersebut telah ada sejak zaman Majapahit. 

Makam Tralaya menurut catatan sejarah dibangun pada tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad XVII Masehi). Oleh sebab itu banyak yang mengkategorikan ziarah ke makam wali adalah mengunjungi makam kuno atau makam tua.

Tidak semua makam wali merupakan makam tua atau makam kuno karena seperti makam wali Allah Habib Anis bin Alwi Al Habsyi, Solo, Jawa Tengah ada pada tahun 2006. Penyebutan lain untuk makam waliyuallah di Indonesia ini adalah makam keramat. Walaupun sebenarnya yang termasuk dalam kategori makam keramat tidak semua merupakan makam waliyuaAllah.

Makam Habib Anis di Solo, Wali yang meninggal tahun 2006

Dilihat dari arti katanya, keramat memiliki dua arti dan mempunyai dua makna yang berbeda. Yang pertama apabila dilihat dari artinya yaitu suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaan terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa (orang yang bertakwa). 

Arti keramat yang kedua biasanya digunakan pada barang atau tempat suci dan bertuah yang memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain. Dari dua arti ini menimbulkan dua makna yang berbeda terhadap ritual ziarah waliyuallah, makna yang positif dan makna yang negatif.

Makna positif makam keramat waliyuallah dikaitkan dengan karamah yang dimiliki oleh sang wali. Karamah adalah kelebihan yang Allah berikan kepada orang yang sholeh berupa keajaiban. 

Penampakan atau bentuk fisik karamah pada waliyuAllah menurut Imam Qusyairi merupakan tanda kebenaran sikap dan kelakuan wali Allah. Di makam Waliyuallah, karamah tersebut menjadi pembeda makam wali dengan makam manusia biasa. Karamah wali tersebut dapat berbentuk benda seperti air, sajadah, mimbar, tasbih, al Quran, tanah, sorban, pedang, keris, tiang mesjid (soko guru) dan tongkat.

Selain karamah dalam bentuk fisik terdapat karamah yang tidak berbentuk. Hal ini yang membuat peziarah berduyun - duyun mendatangi makam keramat Wali. Karamah tidak berbentuk itu adalah karamah doa.  Dalam bukunya tentang Hadramaut, L.W.C van Berg pada 1886 menuliskan tetang makam wali Alllah di Jakarta Habib Husein atau dikenal dengan Habib Luar Batang:

 
“Cendikiawan (Hadhramaut) pertama adalah Sayid Husain bin abu Bakr al Aidrus, yang meninggal pada tahun 1798, setelah mengajar selama bertahun – tahun. Segera setelah wafat, ia memperoleh reputasi sebagai keramat. Di atas makamnya di Luar-Batang, di dekat muara kali Batavia, telah didirikan mesjid besar, yang kini menjadi pusat ziarah Nusantara. Tidak hanya golongan pribumi, namun juga Cina campuran Indo berziarah memohon keberhasilan dalam usaha mereka untuk memperoleh keturunan, dan sebagainya.”

Peziarah di Makam Habib Ahmad al Hadad atau Habib Kuncung, Jakarta

Dikarenakan karamah yang dimiliki oleh wali Allah tersebut, peziarah melakukan proses tawasul. Dengan tawasul, peziarah menjadikan waliyuallah yang telah meninggal tersebut sebagai perantara untuk menyampaikan cita - cita atau keinginan mereka kepada Allah. Jasad para waliyuallah telah dikubur tetapi bagi peziarah wali Allah tersebut telah meninggal tetapi tetap hidup di sisi Allah. Seperti ayat Al Quran di surah Al Baqarah ayat 154 berikut :

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS. 2:154).

Berziarah ke Makam Kyai Besari, Madiun

Banyak orang yang salah kaprah dengan keramat atau karamah pada makam wali Allah. Pendidikan Islam di Indonesia sejak sekolah dasar, menyatakan ziarah ke makam keramat itu perbuatan syirik. Penjelasan ziarah waliyuallah dijelaskan dengan pekerjaan orang - orang syirik yang meminta kepada orang mati, batu atau makhluk gaib. 

Penafsiran ziarah seperti itulah yang membuat ziarah wali menjadi tidak populer di kalangan orang kota atau urban people. Sehingga tidak ada keinginan lebih dalam untuk melakukan pengkajian mengenai makam tua, makam kuno atau makam keramat wali di Indonesia.

No comments:

Post a Comment