Kisah Penemuan Makam Wali Pitu (Sab'atul Aulia) di Pulau Bali

Pulau Bali adalah pulau yang disetiap jengkalnya berisi keindahan alam. Manusia dari seluruh dunia datang ke Bali untuk melihat keindahan alam yang disebut "paradise" atau surga ini.

Bagi umat Islam di Indonesia, Pulau Bali memiliki sejarah Islam tersendiri. Walaupun penduduk Bali mayoritas beragama Hindu tetapi Islam di Bali memiliki sejarah Islam, penduduk dan wilayah tersendiri. 

Artefak  sejarah Islam yang masih dapat kita telusuri adalah makam wali pitu (Sab'atul Aulia) di Pulau Bali . Letak dari wali pitu di Bali menyebar dari mulai Timur, Selatan, Utara , Barat Pulau Bali.


Penemuan wali pitu ini berawal dari isyarat sirri KH Toyib Zaen Arifin pada bulan Muharram 1412 H/1992. Penemuan ini berdasarkan hasil Riyadhoh yang dilakukan pada beberapa malam (sehabis shalatul lail)  di rumah Beliau di Sidoarjo. Petunjuk - petunjuk tersebut diperoleh KH Toyib Zaen Arifin secara berangsur - angsur melalui hembusan suara sayup dalam bahasa Jawa diantaranya berbunyi:



“Wus kaporo nyoto ing telata Bali iku kawengku dining pitu piro-piro wali. Cubo wujudno.” 

Artinya :

Di daerah Bali nyata dihuni oleh tujuh orang Wali. Coba wujudkan.


"Ono sawijining pepunden ono ing telatah susunaning siti sesandingan pamujaan agung kang manggon saduwuring tirto kang kaderbeni dening suwitaning Pandito. Ojo sumelang ."

Artinya:

Ada suatu tempat yang dipuja- puja berada di atas tanah susun berdampingan Pura Agung terletak di atas air yang memelihara seorang Pendeta jangan ragu - ragu.

"Waspadakno pitu iku kaperang dadi papat."


Artinya:

Waspadalah tujuh itu terbagi menjadi empat.

"Pitu kaperang dadi papat iku pangertene, Kapisan wis kaparo nyoto, kapindo istijrot wujude kembar, kaping telu wis lahir ning durung wujud, kaping papat, liyo bongso."


Artinya:

Tujuh dibagi empat itu pengertiannya. Pertama telah nyata, kedua Istijrot wujudnya kembar, ketiga sudah lahir tetapi belum wujud, yang keempat lain bangsa.


Setelah mendapatkan petunjuk tersebut KH Toyib Zaen Arifin bersama timnya dari Jama’ah Akhlaqul Hasanah - Jam’iyyah Manaqiban Al-Jamali Kota Denpasar kemudian mengadakan penelitian dan penelusuran untuk mewujudkan adanya tujuh orang auliya’ (Sab’atul Auliya’) di pulau Bali. 

Proses pencarian dan penemuan Walipitu di Bali adalah sejak  1992 hingga 1998, dari pentafsiran hatif tersebut maka didapat makam yang termasuk walipitu di Bali yaitu : 

Kapisan wis kaporo nyoto 

(yang pertama telah nyata tidak diragukan lagi ke Waliannya) 

1.  Makam Keramat Pantai Seseh yaitu Makam 
     Pangeran mas Sepuh. 
2.  Makam Habib Umar Bin Maulana Yusuf di Bukit 
     Bedugul. 
3.  Makam Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin 
     Abu Bakar Al Khamid di Klungkung. 

Kapindo Istijrot 
(kedua istijrot tersanjung atau tak dihitung, tidak termasuk bilangan Wali Pitu) 
*   Makam Dewi Khodijah di Pamecutan, Denpasar 
*   Makam Keramat Ubung Pangeran Sastrodiningrat 
     di Ubung Denpasar. 

 Wujude kembar 
(wujudnya kembar) 
4.   Makam Chabib Ali Bin Zaen Al Idrus di 
      Karangasem. 
5.   Makam Syeh Maulana Yusuf Al Maghribi di 
     Karangasem. 

Wis lahir ning durung wujud 
(sudah ada tapi belum wujud makam) 
6.   Makam Habib Ali Bin Umar Bafaqih di Jembrana.
Pada saat penelusuran Makam wali Pitu beliau masih hidup, namun pada tanggal 29 Maret 1999 M, Beliau telah wafat.

Lio bongso 
(lain bangsa) 
7.   Makam The Kwan Lie atau Keramat Karang Rupit.

No comments:

Post a Comment