Jejak Sejarah Sunan Bungkul (edisi Ziarah Wali Allah Surabaya)

Kios Jajanan di Sekitar Makam Sunan Bungkul
Mencari mana yang lebih dulu nama tempat diberi nama seorang penyebar agama Islam atau tokoh penyebar agama Islam diberi gelar nama tempat pengabdiannya, sama seperti bermain teka teki mana yang lebih dulu telur atau ayam. Begitu pula ketika mencari tahu asal mula nama Bungkul, banyak sekali versi mengenai nama Sunan Bungkul. 

Ketidak jelasan sejarah mengenai nama Bungkul dibenarkan sejarahwan GH Von Faber di bukunya Oud Soerabaia, terbitan 1931. Faber mencatat kesan nama Bungkul dalam bahasa Belanda yang kira-kira terjemahannya demikian: Orang-orang tua melarang menceritakan apa pun tentang Bungkul ini. Pelanggaran terhadap larangan itu pasti diganjar hukuman. Demikian pula ibu, istri, dan anak-anaknya akan mendapatkan celaka.

Gapura Luar Pintu Masuk Kawasan Sunan Bungkul
Sunan Bungkul diperkirakan hidup di masa Sunan Ampel pada 1400-1481. Beliau berusia lebih tua dari Sunan Ampel. Ada yang meyakini nama asli Sunan Bungkul adalah Ki Ageng Supo. Ada juga yang mengatakan Mpu Supo, sebutan orang tersohor yang memiliki kelebihan di zamannya. Setelah memeluk Islam, berganti sebutan menjadi Ki Ageng Mahmuddin. Karena lama berada di kawasan Bungkul, ia kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Bungkul. Nama Mbah Bungkul ditemukan di Babad Ngampeldenta terbitan 2 Oktober 1901 yang naskah aslinya terdapat di Yayasan Panti Budaya Jogjakarta. Selain itu, juga ada Babad Risakipun Majapahit Wiwit Jumenengipun Prabu Majapahit Wekasan Dumugi Demak Pungkasan yang disimpan di Perpustakaan Reksopustoko Surakarta. 


Makam Sunan Bungkul (Ki Ageng Supo)

No comments:

Post a Comment