Plang Berisi Informasi Makam di areal Troloyo |
Areal Makam Troloyo adalah areal pemakam Islam tua yang berasal dari zaman Majapahit. Teletak di situs Trowulan, di tengah – tengah kota Jombang dan Mojokerto, luas areal makam Troloyo diperkirakan seluas 2 ha. Makam Syech Jumadil Qubro merupakan makam utama di makam Troloyo.
Di bagian depan kiri makam Syech Jumadil Qubro (apabila dilihat dari gapura kedatangan) terdapat komplek yang terdiri dari makam Tumenggung Satim Singomoyo, Imamuddin Sofari dan Sayyid Chusen. Di sebelah kanan depan terdapat petilasan Wali Songo yang merupakan komplek dari sembilan makam (kubur songo) dan makam Tumenggung Patas Angin.
Di bagian depan kiri makam Syech Jumadil Qubro (apabila dilihat dari gapura kedatangan) terdapat komplek yang terdiri dari makam Tumenggung Satim Singomoyo, Imamuddin Sofari dan Sayyid Chusen. Di sebelah kanan depan terdapat petilasan Wali Songo yang merupakan komplek dari sembilan makam (kubur songo) dan makam Tumenggung Patas Angin.
Makam Syeh Abdul Qodir Jaelani Assyni (Tan-Kim-Han, tergabung dalam kelompok Kubur Telu) |
Di areal utama Komplek makam Syech Jumadil Kubro terdapat makam Syeh Abdul Qodir Jaelani Assyni (Tan-Kim-Han), makam Syeh Maulana Sekhah dan Syeh Maulana Ibrahim yang dikenal dengan kubur telu dan banyak lagi makam pejuang Islam. Di sebelah kiri maka Syeh Jumadil Qubro terdapat kubur tandak, Nyai Endang Roro Kepyur.
Di bagian belakang terdapat makam Sunan Ngudung, bangunan cungkup dengan dua makam yaitu Raden Ayu Anjasmara Kencanawungu, kemudian terdapat pula kelompok makam yang disebut Makam Tujuh atau Kubur Pitu yang dikenal sebagai Pangeran Noto Suryo, Patih Noto Kusumo, Gajah permodo, Naya Genggong, Sabdo palon, Emban Kinasih dan Polo Putro.
Di bagian belakang terdapat makam Sunan Ngudung, bangunan cungkup dengan dua makam yaitu Raden Ayu Anjasmara Kencanawungu, kemudian terdapat pula kelompok makam yang disebut Makam Tujuh atau Kubur Pitu yang dikenal sebagai Pangeran Noto Suryo, Patih Noto Kusumo, Gajah permodo, Naya Genggong, Sabdo palon, Emban Kinasih dan Polo Putro.
Dahulu komplek makam Troloyo adalah hutan, yang menurut sejarah merupakan tempat peristirahatan bagi kaum niagawan muslim dalam rangka menyebarkan agama Islam kepada Prabu Brawijaya V beserta para pengikutnya. Di hutan Troloyo tersebut kemudian dibuat petilasan (petilasan walisongo) untuk menandai peristiwa itu.
Peneliti pertama kali P.J. Veth, hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais berkebangsaan Perancis, membukukan hasil penelitiannya dalam Etudes Javanaises I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya yang dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise D’extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957.
Peneliti pertama kali P.J. Veth, hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku Java II yang diterbitkan dalam tahun 1878. Kemudian L.C. Damais berkebangsaan Perancis, membukukan hasil penelitiannya dalam Etudes Javanaises I. Les Tombes Musulmanes datees de Tralaya yang dimuat dalam BEFEO (Bulletin de Ecole francaise D’extrement-Orient). Tome XLVII Fas. 2. 1957.
Pohon Beringin di Areal Makam Troloyo yang berusia Ratusan Tahun |
Sayangnya makam di makam Troloyo telah dipugar sedemikian rupa sehingga kita tidak mendapatkan bentuk asli dari makam tersebut. Makam yang dijumpai di makam Tralaya sama seperti makam modern lainnya yang telah dimarmer. Nisan makam di areal makam Tralayapun di tutupi kain putih, hingga tidak tampak lagi ornamen atau relief yang menjadi tolok ukur sejarah Islam.
Walaupun demikian, keberkahan dan aura kedamaian membawa peziarah untuk datang ke makam Troloyo dan mereka meyakini benar bahwa manusia yang dimakamkan di makam Troloyo adalah wali Allah yang berasal dan memilih Indonesia sebagai tempat peristirahatan terakhir mereka.
Walaupun demikian, keberkahan dan aura kedamaian membawa peziarah untuk datang ke makam Troloyo dan mereka meyakini benar bahwa manusia yang dimakamkan di makam Troloyo adalah wali Allah yang berasal dan memilih Indonesia sebagai tempat peristirahatan terakhir mereka.
neng, punten, ada keterangan "Foto Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al Hadad yang terpajang...," pada http://waliyuallahliveforever.blogspot.com/search/label/Bogor, sekedar melarat, eh maksudny meralat, mestinya itu foto Habib Muhsin bin Muhammad Al-Attas (pengasas masjid al-hawi, cililitan).
ReplyDeleteTerima kasih atas perhatian dan koreksi yang diberikan. Telah saya hapus dan insyaAllah akan saya perbaiki foto diri Beliau.
ReplyDelete