Wisata Ziarah Waliyuallah Sumedang : Puisi untuk Pahlawan Tercinta, Cut Nyak Dien

Sajak persembahan di sisi depan makam Cut Nyak Dien
Tribute's poem for Cut Nyak Dien in front of Cut Nyak Dien's grave

Wisata Ziarah Waliyuallah (wali Allah) dan ziarah religi Sumedang tidak bisa lepas dari tokoh pahlawan wanita, Cut Nyak Dien. Mengapa Cut Nyak Dien merupakan waliyuallah karena jihadnya membebaskan tanah Aceh dari penjajah. Bukti tersebut tertulis pada makam Cut Nyak Dien di Sumedang ini. Ornamen di sisi depan makam Cut Nyak Dien berbentuk syair dapat kita lihat. Tergelitik hati ini untuk mencari apa makna dari bait - bait syair yang dipahat di makam beliau.

Setelah saya mencari mengenai apakah makna dari syair ini, saya mendapatkan di website dari Center for Community Development and Education yang berjudul Menziarahi Cut Nyak Dien. Ternyata rangkaian syair ini adalah sajak pujian untuk Cut Nyak Dien. Sajak tersebut tertulis :

Karena djihadmu perdjuangan,
Atjeh beroleh kemenangan,
Dari Belanda kembali ke tangan,
Rakjat sendiri kegirangan.
Itulah sebab sebagai kenangan,
Kami teringat terangan-angan,
Akan budiman pahlawan djundjungan,
Pahlawan wanita berdjiwa kajangan.


Disisi lain dari makam Cut Nyak Dien juga tertulis sajak yang berjudul Hikajat Prang Sabi. Hikayat ini ditulis oleh Tengku Chik Pante Kulu, seorang pujangga Aceh di masa lalu. Isinya sajak ini membangkitkan semangat rakyat Aceh untuk berperang melawan penjajah. Adapun isi sajaknya sebagai berikut:


Djanji Tuhan Rabbula’la
Neubloehamba ba’ prang sabil
Njankeu keujum neubri keugata,
Patna tjidra peneudjeut rabbi.
Wahe teungke uleebalang,
Njan buloeeng prang Tuhan neubri,
Dijup langet diateuih boimoe,
Lam lam njoe tanna sabe


Dikutip dari website dari Center for Community Development and Education yang di terjemahkan oleh Firdaus, maka arti dari syair yang tertulis di Makam Cut Nyak Dien adalah :

Janji tuhan terbukalah,
Dibeli hamba untung Perang Sabi,
Itulah harga diri yang kuberikan,
Dimana janji Allah tidak ada yang cacat.
Wahai tengku uleebalang,
Dalam perang yang Tuhan berikan,
Di atas langit di bawah bumi,
Di alam ini tidak selamanya ada.


-----------------------------------------------------------------------------------------

English version :


Pilgrimage Tour Waliyuallah (wali Allah = saint) and Sumedang religious pilgrimage can not be separated from the female hero, Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien is waliyuallah because his jihad to free the land of Aceh from invaders . The evidence is written on the grave of Cut Nyak Dien in Sumedang. We can see poetical ornament on the front of the grave of Cut Nyak Dien. This heart tingle to find what the meaning of the poem carved on her resting place.


After I look to the meaning of this poem, I got from the website of the Center for Community Development and Education, entitled Cut Nyak Dien religious visit (Menziarahi Cut Nyak Dien). It turned out that this poem is a series of poems of praise to Cut Nyak Dien. The poem reads:

Because the struggle in the hold of religion,

Atjeh get the victory,

From the Netherlands back in the hands,

People's own joy.

That's because as memories,

We remembered the dreams openly,

Will dear sovereign hero,

The great spirit of the heroine.

On the other side of the grave of Cut Nyak Dien also written a poem titled Hikajat Prang Sabi. This saga was written by Tengku Chik Pante Kulu, a poet of Aceh in the past. The contents of this poem evoke the spirit of the people of Aceh to fight against the invaders. As for the content of his poem as follows:

Excerpted from the website of the Center for Community Development and Education is translated by Firdaus, then the meaning of the poem is written in the Cut Nyak Dien's resting place are:


 

Promise of Allah was opened,

Purchased servant profit Sabi War,

That's self-esteem that I gave,

Where is the promise of Allah nothing is disabled.


O tengku uleebalangs,

In a war that Allah gives,

Above the sky beneath the earth,

In this world which does not always last forever.


No comments:

Post a Comment